Beranda | Artikel
Tiga Wasiat Rasûlullâh Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Sabtu, 27 Agustus 2016

TIGA WASIAT RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Oleh
Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin hafizhahumallâh[1]

Sungguh beruntung orang yang menghiasi hidupnya dengan sunnah-sunnah yang dicontohkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh bahagia orang yang menjadikan petuah dan wasiat Rasûlullâh sebagai panduan hidupnya. Berikut ini adalah sebagian dari wasiat yang pernah disampaikan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah wasiat yang singkat namun sarat makna serta menyentuh hati. Wasiat yang menghimpun kebaikan dunia dan akhirat dengan sempurna.-Red.

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Mâjah juga para imam lainnya terdapat hadits dari Abu Ayyub al-Anshâri Radhiyallahu anhu . Dalam hadits itu diberitakan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan:

عِظْنِي وَأَوْجِزْ وفي رواية عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ: إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Berilah aku nasehat dengan ringkas! (dalam riwayat lain) Ajarilah aku dengan ringkas! Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu berdiri hendak melaksanakan shalat, maka shalatlah sebagaimana shalat orang yang pergi selamanya; Janganlah kamu mengucapkan satu perkataan yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya; bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa yang dimiliki orang lain.” [HR. Imam Ahmad, no. 23498 dan Ibnu Majah, no. 4171. Lihat as-Shahihah, no. 401]

Hadits ini adalah hadits hasan dengan banyaknya syawâhid (pendukung). Hadits agung yang singkat ini berisi tiga wasiat yang menghimpun semua kebaikan, dunia dan akhirat. Barangsiapa memahaminya lalu mengamalkannya, maka dia akan meraih semua kebaikan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Wasiat Pertama, Wasiat Tentang Shalat Agar Kaum Muslimin Memberikan Perhatian Ekstra Dan Menunaikannya Dengan Benar.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits  di atas mengajak setiap orang yang hendak melaksanakan shalat agar dia mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh sebagaimana orang yang mengerjakan shalatnya yang terakhir, dia tahu dirinya tidak bisa lagi mengerjakan shalat setelah itu. Jika seseorang yang mengerjakan shalat merasa bahwa itu adalah shalat terakhir yang bisa dilakukan, dia tidak bisa mengerjakan shalat setelah itu, maka pasti dia akan bersungguh-sungguh. Dia pasti akan mengerjakannya dengan baik dan benar, dia pasti akan berusaha menyempurnakan semua rukun-rukunnya, seperti ruku’ dan sujudnya juga hal yang diwajibkan atau bahkan hal-hal yang disunnahkan tidak akan ditinggalkan sedikitpun.

Oleh karena itu, semestinya setiap orang yang hendak melaksanakan shalat mengingat wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dalam setiap shalat yang sedang dia lakukan. Barangsiapa melaksanakan shalat dengan baik dan benar, maka shalat tersebut akan memandu dan membimbingnya kepada semua kebaikan dan keutamaan. Dan shalat seperti itu akan menjadi penyejuk mata (penenang baginya) dan mendatangkan kebahagiaan.

Wasiat Kedua, Wasiat Agar Menjaga Lisan.
Lisan manusia termasuk anggota badan yang paling berbahaya. Jika sebuah kalimat atau ucapan belum keluar dari mulut seseorang, maka itu artinya si pemilik lisan masih bisa mengendalikan kalimat yang belum terucap tersebut dan ia menjadi penguasa baginya. Namun jika suatu kalimat atau perkataan sudah terlontarkan dari lisan, maka kalimat yang terucap itu akan menjadi penguasa atas si penguacap dan dia akan memaksanya untuk menanggung resiko ucapannya tersebut.

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا

Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya

Artinya, bersungguh-sungguhlah dalam menahan lisanmu agar tidak mengucapkan perkataan yang kamu khawatir harus meminta maaf karenanya di kemudian hari. Selama anda belum mengucapkan kalimat atau perkataan itu, berarti anda masih memegang kendali, tapi jika sudah diucapkan oleh lisan, berarti ucapan itulah yan memegang kendali atas diri anda.

Dalam wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قَالَ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللهِ، فَأَخذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، قَالَ: يَا يَا نَبِيَّ اللهِ ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟  قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَامُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّار عَلَى وُجُوهِهِم، أَو قَالَ: “عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلسِنَتِهِمْ

Maukah engkau aku beritahu kunci dari semua itu? (Mu’adz mengatakan-red) aku mengatakan, “Tentu wahai Rasûlullâh.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam  memegang lidahnya secara bersabda, “Tahanlah ini!” (Mu’adz mengatakan-red) aku mengatakan, “Wahai Nabi Allâh! Apakah kita akan disiksa dengan sebab ucapan yang kita ucapkan?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Mua’dz, kasihan sekali kamu! Adakah sesuatu yang menyebabkan seseorang tersungkur wajahnya di neraka selain dari ucapan-ucapan lisan mereka [HR. Ahmad, no. 22016; at-Tirmidzi, no. 2616 dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’, no. 5136]

Jadi lisan itu sangat berbahaya. Dalam sebuah hadits dari Shahabat Tsabit , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ وَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا، فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

Jika bani Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota badan manusia tunduk kepada lisan lalu mereka mengatakan, ‘Bertakwalah kalian dalam urusan kami, karena kami selelau bersana kamu. Jika anda lurus, maka kami juga lurus dan jika anda bengkok, maka kami juga bengkok. [HR. Ahmad, no. 11908 dan at-Tirmidzi, no. 2407 dari hadits Sa’id al-Khudriy. Hadits ini dinilai hasan oleh syaikh al-Albani rahimahullah]

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا

Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya.

Dalam potongan kalimat ini, terdapat seruan, ajakan dan himbauan untuk selalu introspeksi diri dalam masalah ucapan-ucapan yang terlontar dari lisan. Hendaklah kita merenung sebelum berucap, jika kita memandang ucapan itu mendatangkan kebaikan, maka ucapkanlah! Namun jika ucapan yang akan kita katakan itu buruk, maka hendaklah dia menahan diri. Jika tidak tahu, apakah ucapan itu baik atau buruk? Maka sebaiknya menahan diri dan tidak mengucapkannya sampai kita benar-benar mengerti tentang ucapan yang akan kita ucapkan tersebut. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوِ لْيَصْمُتْ

Barangsiapa beriman kepadaAllah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam [HR. Al-Bukhâri, no. 6018 dan Muslim, no. 47 dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu])

Namun banyak orang yang membiarkan atau membebani dirinya dengan banyak bicara dan tidak mau ambil pusing dengan pembicaraannya, akhirnya dia harus menanggung resiko buruk dari ucapannya di dunia dan akhirat. Sebagai seorang yang berakal sehat mestinya seseorang harus menimbang-nimbang ucapan yang akan dilontarkan dan memelihara lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat atau tidak layak sehingga perlu meminta maaf di waktu yang akan datang.

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا

Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya

Kata “besok” dalam hadits di atas bisa jadi maksudnya hari kiamat, yaitu disaat kita harus mempertaggungjawabkan semua perbuatan anggota badan kita di hadapan Allâh Azza wa Jalla , atau bisa jadi maksudnya adalah besok hari yakni di dunia saat banyak orang yang menuntut konsekuensi dari ucapan kita.

Wasiat Ketiga, Wasiat Agar Qanâ’ah, Menggantungkan Hati Hanya Kepada Allâh Azza Wa Jalla Semata Dan Sama Sekali Tidak Mengharapkan Apa Yang Dimiliki Orang Lain.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa yang dimiliki orang lain.

Maksudnya fokuskan hatimu! Bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa-apa yang dimiliki orang lain. Janganlah Anda mengharapkan apapun dari mereka! Hendaklah Anda berharap hanya kepada Allâh Azza wa Jalla semata! Sebagaimana lisan kita yang hanya meminta dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla semata, maka begitu juga bahasa tubuh kita yang lain, hendaknya hanya meminta dan memohon serta berharap kepada Allâh Azza wa Jalla semata. Kita memutus semua harapan dan ketergantungan hati kita dari semua orang lalu kita arahkan ketergantungan hati kita hanya kepada Allâh Azza wa Jalla . Dan shalat yang dilakukan oleh seseorang merupakan sarana terbesar dalam merealisasikan semua yang menjadi keinginan.

Orang yang tidak menaruh harapan kepada semua yang dimiliki orang lain, maka dia akan hidup mulia dan berwibawa, sebaliknya orang yang selalu mengharapkan apa yang dimiliki orang lain, maka hidupnya akan terhina.

Orang yang hatinya senantiasa bergantung kepada Allâh Azza wa Jalla dalam segala keadaan, dia tidak berharap kecuali kepada Allâh, tidak meminta kecuali kepada Allâh juga tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, maka pasti Allâh Azza wa Jalla akan memenuhi kebutuhannya di dunia dan di akhirat. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ 

Bukankah Allâh cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. [Az-Zumar/39:36]

Juga berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allâh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [Ath-Thalâq/65:3]

Inilah tiga wasiat singkat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun sarat dengan makna. Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua agar bisa melakukan dan melaksanakan wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2015M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 ]
_______
Footnote
[1]  Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari kitab Ta’zhîmus Shalât, hlm. 49-53


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/5622-tiga-wasiat-raslullh-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html